Monthly Archives: Juni 2012

Kenali Kopi Espresso, Baru Minum

Kita tentu pernah mendengar yang namanya espresso dalam dunia kopi baik di mall, cafe ataupun kedai kopi. Tetapi banyak juga yang tidak tau apa itu sebenarnya espresso ini, kenapa dibedakanm dengan kopi biasa  Tetapi kalau kita tanya pada seseorang apakah espresso itu jawabannya beragam.

Ada yang menjawab bahwa cafe moka (mocha), cafe latte dan cappuccino juga termasuk espresso. Ada lagi yang bilang bahwa espresso adalah kopi pilihan yang kental dengan air  panas, dan punya lapisan busa di atas campuran kopi dan air itu. Namun espresso nyatanya tidak punya resep yang jelas alias tidak ada kitab suci untuk mendefinisikannya.

Umumnya, orang mengatakan espresso itu adalah kopi yang dibuat dengan cara yang berbeda. Cara mencampurkan jenis biji-biji kopinya, cara menyajinya, cara memanggang biji kopinya dan cara membuatnya sehingga menjadi sesuatu yang berbeda. Espresso biasanya disajikan di gelas atau cangkir yang kecil. Minuman ini dibuat ketika air panas dicampur dengan kopi yang sudah dijadikan bubuk halus dan padat dalam tekanan tinggi. Segala jenis biji kopi dapat dijadikan secangkir espresso. Biji kopi tersebut dipanggang sehingga menjadi agak gelap dan mengkilat dalam waktu yang ditentukan.  Penjelasan secara umum ini tentu tidak spesifik dan malah membuat bingung.

Ada teori lain lagi, Kata espresso (Espresso) berasal dari Italia untuk mengartikan ekspres (express). Kenapa digunakan kata ekspres untuk menggambarkan espresso? Karena secangkir espresso dibuat berdasarkan permintaan dan pesanan customer, yang harus dipersiapkan secara tepat dan diminum secepatnya. Ekspres di sini bukan mengartikan bahwa pembuatannya dilakukan secara cepat. Yang terpenting adalah tepat dan diminum secepatnya.

Orang-orang italy menyebutkan bahwa “Customer lah yang harus menunggu secangkir espresso, espresso tidak boleh menunggu customer”. Karena apa? Ya, karena begitu setelah dibuat dan espresso tersebut dibiarkan dingin (atau bahkan hangat) maka rasa yang timbul bukan lagi espresso yang sebenarnya. Rasa yang dihasilkan akan seperti jamu yang pahit dan hambar

Espresso memiliki dua lapisan yang disebut liquid (Cairan) dan elemen buih yang berwarna kecoklatan dan tebal (crema). Espresso dibuat dari mesin yang telah dirancang secara khusus yang akan mendorong air dari kopi yang telah dipadatkan didalam tempat khusus (portafilter) dan memilki temperatur air tertentu dan dalam tekanan tertentu. Secangkir espresso dapat dilihat dan dinil ai secara kasat mata dari elemen penampakan (crema), aroma, kekuatan rasa (body), rasa, dan paska rasa (after -taste). Banyak sumber mengatakan sedikitnya terdapat empat faktor yang mempengaruhi kualitas espresso, yang disebut sebagai 4M’s, yaitu : Miscela, Macinadosatore, Macchina, dan Mano

Miscela : Bahan. Bahan yang dimaksud disini yang dapat mempengaruhi espresso adalah campuran kopi dan kualitas air. Kopi espresso adalah kopi khusus yang telah disangrai secara khusus dan disimpan secara khusus. Sedangkan air, sudah pasti akan sangat mempengaruhi rasa.

Macinadosatore: Grinder kopi. Grinder kopi mempengaruhi tingkat kualitas dari espresso.Pada grinder kopi akan diatur kasar dan halusnya.

Machine. Mesin Espresso. Sudah pasti hanya dengan menggunakan mesin khusus yang mempunyai tekanan dan temperatur yang terjaga baik lah espresso terbaik  dapat dihasilkan.

Mano. Manusia. Akhirnya, semua akan tergantung dari penyelesaian akhir dan proses yang dilakukan oleh manusia dibelakang mesin itu sendiri, yaitu seorang Barista.

Lalu mana yang benar-benar espresso?

Majalah sain Popular Science melalui berbagai wawancara dengan ahli kopi menyimpulkan demikian, “Espresso menggunakan tekanan sembilan bar (sekitar sembilan atmosfir) dan menggunakan alat terkalibrasi secara akurat untuk menekan 24-27 gram kopi sehingga menghasilkan minuman berkonsentrasi dengan rasa yang sangat enak.”

Lalu bagaimana dengan mesin pembuat kopi yang kadang mengklaim bahwa mesin itu pembuat espresso? Menurut majalah itu gak mungkin, karena alat atau coffe maker itu tidak cukup tinggi tekanannya dan sulit menjag kestabilan suhu sekitar 92-96 derajat Celcius, sehingga espresso hanya dimungkinkan dengan mesin khusus.

Sebagai ilustrasi soal tekanan ini, ketika kita menyelam di laut. Tiap 10 meter kita menyelam maka tekanan naik satu atmosfir (atm atau satu bar), lha kalo Sembilan bar maka kita menyelam sedalam 90 meter…wow..tekanan yang sangat besar karena penyelam umumnya hanya tahan di kisaran 60 meter saja.

Kalau melihat definisi itu, rasanya kita gak bakalan ketemu espresso. Lalu espresso itu pakai biji kopi jenis robusta atau arabika atau jenis lain? Lagi-lagi tidak ada penjelasan yang definitif. Jawaban yang mungkin, ya tentu ada espresso robusta dan espresso arabika.

Kecelakaan F-27 dan Fast Food

Setelah Sukhoi Superjet-100, kali ini pesawat F-27 milik TNI AU jatuh di kompleks Halim Perdana Kusuma. Du pesawat jatuh, dan ada beda mencolok. Yang satu pesawat anyar, yang satu pesawat tua alias pesawat `berpengalaman`. F-27 diterima TNI AU dari Belanda tahun 1975-1976 artinya usianya sudah 37 tahun.

Selama mengamati pemberitaan, ada dua jawaban fast food yang diungkap ke publik. Kalau pesawat anyar, para `pakar` akan menyebut karena sistem canggih dan interaksinya dengan pilot. Kalau pesawat `berpengalaman` seperti F-27. `pakar` akan menyebut karena usia pesawat sudah tua. Mirip di bidang kedokteran, luka baru kasih obat merah, luka lama kasih salep.

Nah dalam konteks kecelakaan F-27, yang tergolong pesawat tua, apakah pesawat tua aman untuk terbang? Pertanyaan ini sebenarnya sulit dijawab. Tapi ada fakta bahwa merawat pesawat tua lebih mahal disbanding membeli pesawat baru. Ini ilustrasinya, Airbus A320 anyar harganya 50 juta dolar AS, sementara merawat pesawat tua butuh 4-9 juta dolar AS.

Fakta lain, dalam 10 tahun terakhir pesawat  DC-8 yang menjadi tulang punggung pesawat kargo di AS, tujuh pesawat rontok, sementara pesawat yang masuk Delta Airlines tahun 1956, 300 dari total produk DC-8 556 pesawat, 300 masih melayang di angkasa. Tujuh yang rontok tak berkait dengan usia pesawat.

 

Apakah ada gara-gara pesawat tua, lalu terjadi kecelakaan? Tentu saja ada. Yang terkenal menimpa  TWA nomor penerbangan 800 yang bertolak dari bandara JFK, pada 17 Juli 1996 ke Paris, dan meledak di udara. Peneyababnya, tangki bahan bakar di sayap pesawat tua itu. Penyelidikan oleh Boeing yang menelan biaya 32 juta dolar AS itu gagal menyimpulkan datangnya percikan api penyebab meledaknya tangki.

Pada 1988, Aloha Airlines Boeing 737 kehilangan bodi pesawat 18 kaki pada ketinggian 24.000 kaku. Penyebabnya, kelelahan metal. Ajaibnya hanya satu orang meninggal akibat kecelakaan itu. Kru berhasil mendaratkan pesawat itu. Penelitian lanjutan, juga menemukan korosi sebagai penyebab, karena pesawat itu mlendas dan sering terbang di area pantai.

Berapa probabilitas sebuah pesawat tua sepertyi TWA 800 dan Aloha Airlines mengalami kecelakaan? Seorang pengamat dirgantara menyatakan satu dibanding  100 juta. Sebaliknya pengamat itu balik bertanya, berapa probabilitas kecelakaan pesawat gres macam Boeing 777. Kalau menilik seperti Sukhoi bisa-bisa hitungan statisktiknya amburadul.  Statistik kecelakaan pesawat menurut FAA 70 persen akibat faktor manusia.

Namun, tidak ada kriteria tunggal yang dapat diterapkan dalam menentukan apakah pesawat harus dianggap sebagai ‘tua’. Usia pesawat tergantung pada berbagai faktor, seperti usia kronologis, jumlah siklus penerbangan, jumlah jam penerbangan, dll. Masalah lain yang harus dilakukan dengan mengevaluasi proses penuaan pesawat terbang adalah kenyataan bahwa setiap unit menua secara berbeda. Ada dua pendekatan dasar untuk mengelola proses penuaan. Metode pertama adalah dengan mengganti pesawat, yang kedua adalah perawatan pesawat terbang yang memadai.

Faktor manusia sebagai penyebab kecelakaan memang besar, tapi juga tidak bisa berdiri sendiri ada interaksi dengan hal lain misalnya, manusia-cuaca-teknologi, manusia-usia pesawat-atc dst. Nah jika manusia itu merujuk pada pilot, tampaknya banyak yang setuju bahwa sedikit uban di rambut pilot menjadi semacam garansi keamanan.

Ada Orang Lain di Kokpit Sukhoi Superjet-100

Sedikit demi sedikit penyebabnya jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet-100 mulai terungkap, meski penyebabnya kompleks, termasuk faktor manusia, demikian sumber yang menyelidiki kasus ini kepada Ria Novosti.

Spesialis yang menyelidiki kasus ini dan mendapat hasil rekaman penerbangan, menyimpulkan bahwa ada orang lain di dalam kokpit sesaat sebelum pesawat Sukhopi Superjet-100 menghantam Gunung Salak.

Orang itu adalah pembeli potensial, dan ingin melihat kinerja teknis pesawat tetapi tidak menginterfensi kegiatan pilot. Juga terindikasi kuat perangkat penerbangan otomatis pesawat Sukhoi Superjet – 100 dimatikan sesaat sebelum menabrak tebing di Gunung Salak, Jawa Barat.

Menurut sumber anonim yang sangat dekat dengan proses investigasi mengutip laman Ria Novosti, mengatakan sistem peringatan dan pengenalan medan yang dimiliki pesawat dalam kondisi aktif saat demo terbang tersebut. Berdasarkan data penerbangan pesawat nahas itu, pilot juga meminta izin untuk turun ke ketinggian dari 10.000 kaki ke 6.000 kaki. Permintaan itu dikabulkan oleh menara kontrol Bandar Udara Soekarno Hatta.

Sumber itu mengatakan, pilot Alexander Yablonstev, dan kru pesawat menerima sinyal peringatan, baik audio dan visual, saat pesawat menuju ke arah Gunung Salak. Namun, diduga pilot dan kru pesawat mengabaikan peringatan dari sistem pesawat karena yakin masih terbang di atas lembah, pada ketinggian yang aman. “Pilot diduga tidak melihat keberadaan Gunung Salak karena tertutup awan tebal,” kata sumber. Lebih jauh sumber ini mengatakan para kru diduga juga mendapat peringatan dari sistem lainnya.

Sistem telah menunjukkan pesawat terbang terlalu rendah. Sistem juga meminta roda pendaratan dibuka. Sumber itu mengatakan dalam kondisi seperti itu, pilot dan kru pesawat menjadi bingung tentang kondisi medan di sekitarnya. Izin turun ketinggian dikabulkan, namun sistem pesawat memberikan peringatan darurat. Sehingga, pilot memutuskan untuk menonaktifkan peralatan otomatis untuk turun ketinggian secara manual.“Bisa jadi kru pesawat baru benar-benar yakin sedang terbang di atas lembah pada saat-saat terakhir,” tutur sumber itu.

Dalam tiap kecelakaan pesawat, informasi memang simpang siur. Namun kalau ingin semuanya menjadi terang kita harus bersabar menunggu hasil penyelidikan KNKT. Tetapi keinginan public, juga tidak bisa diabaikan, karena ini juga menyangkut nyawa manusia.